Patah hati biasanya memberi
efek positif bagi para musisi: mereka menciptakan banyak lagu bagus dari
pengalaman tersebut. Namun orang biasa yang tak dapat menyalurkan kesedihannya
seperti yang dilakukan musisi ternyata tidak akan mendapatkan keuntungan yang
sama.
Para peneliti dari
University of Birmingham mengungkapkan bahwa mereka menemukan bukti biologis
yang menunjukkan bahwa kehilangan seseorang yang dicintai bisa menurunkan
kekebalan fisik, sehingga meningkatkan risiko mengalami infeksi yang mengancam
nyawa. Sebab tekanan emosional yang dialami akan menyebabkan menurunnya
efisiensi sel-sel darah putih dalam melawan infeksi seperti pneumonia.
Dengan beberapa cara,
penelitian yang didanai oleh The Dunhill Medical Trust ini juga menjelaskan
mengapa pasangan yang memiliki pernikahan yang bahagia bisa saja meninggal
dalam jangka waktu yang relatif singkat. "Ada banyak anekdot tentang
pasangan yang sudah menikah selama 40 tahun, dan ketika salah satu dari mereka
meninggal, yang lain akan menyusul beberapa hari kemudian," ujar Profesor
Janet Lord, yang memimpin penelitian ini.
Ia menduga ada dasar biologis mengenai kecenderungan tersebut. Namun yang jelas, kematian yang terjadi bukan disebabkan karena patah hati itu sendiri, melainkan karena merusak sistem kekebalan. Tim dari University of Birmingham juga mendapati bahwa orang yang patah hati kemungkinan besar akan mengalami depresi dan gejala-gejala kegelisahan.
Ia menduga ada dasar biologis mengenai kecenderungan tersebut. Namun yang jelas, kematian yang terjadi bukan disebabkan karena patah hati itu sendiri, melainkan karena merusak sistem kekebalan. Tim dari University of Birmingham juga mendapati bahwa orang yang patah hati kemungkinan besar akan mengalami depresi dan gejala-gejala kegelisahan.
Bagi Lord, yang paling
penting hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Brain Behaviour and
Immunity ini menunjukkan bahwa kehilangan seseorang memiliki pengaruh
fisiologis pada tubuh. Orang yang sedang merasa kehilangan harus didukung oleh
teman-teman, keluarga, dan dokter, dan bukan hanya diminta untuk menahan
kesedihan saja.
KOMPAS.com
No comments:
Post a Comment