“Apakah upacara itu menyembuhkan jiwa?”, demikian
segelintir anak-anak muda bertanya ingin tahu. Tergantung pada seberapa dalam
manusia memaknakan upacara. Kalau pemaknaannya dalam, upacara juga menyembuhkan
jiwa.
Di Jepang sana ada upacara indah seni meminum teh.
Langkah pertama dalam upacara ini adalah mengosongkan cangkir. Maknanya,
kosongkan dulu cangkir pikiran dari masa lalu dan masa depan, kemudian
seseorang bisa menuangkan teh kekinian.
Sahabat-sahabat yang meditasinya mendalam mengerti, pikiran yang belum disentuh meditasi penuh dengan masa lalu dan masa depan. Masa lalu mengejar lengkap dengan memori buruk serta rasa bersalah. Masa depan memenuhi cangkir pikiran dengan ketakutan dan kecemasan. Khususnya ketakutan akan kematian.
Sahabat-sahabat yang meditasinya mendalam mengerti, pikiran yang belum disentuh meditasi penuh dengan masa lalu dan masa depan. Masa lalu mengejar lengkap dengan memori buruk serta rasa bersalah. Masa depan memenuhi cangkir pikiran dengan ketakutan dan kecemasan. Khususnya ketakutan akan kematian.
Sebagai akibatnya, cangkir pikiran tidak pernah bisa
diisi oleh hadiah kehidupan bernama masa kini. Sebagaimana dikenal luas di
dunia meditasi, masa lalu sudah lewat, masa depan belum datang. Satu-satunya
hadiah kehidupan bernama saat ini. Itu sebabnya dalam bahasa Inggris saat ini
disebut the present (hadiah).
Keadaan batin yang istirahat sempurna di saat ini
kemudian menjadi rahim bagi lahirnya bayi bernama pengetahuan diri yang sejati.
Begitu pengetahuan akan diri sejati lahir, maka setiap langkah kehidupan
diterangi oleh cahaya. Cahaya ini yang membuat semua kegelapan kebodohan dan
ketidaktahuan lenyap menghilang.
Di Bali, ada putaran waktu yang sangat sakral. Makanya
tetua menandainya dengan hari raya Galungan dan Kuningan. Sehari sebelum hari
Galungan, masyarakat memotong babi. Simbol di balik memotong babi sederhana,
memotong kebodohan dan ketidaktahuan.
Babi bisa dipotong dengan pisau, tapi kebodohan dan
ketidaktahuan hanya bisa dipotong oleh kedalaman konsentrasi (samadhi). Di tingkat
kesempurnaan, konsentrasi berarti menerima, mendekap, tersenyum pada setiap
berkah kekinian. Terutama karena semua putaran kehidupan adalah senyuman
kesempurnaan yang sama.
Begitu seseorang bisa mendekap setiap berkah kekinian
secara sempurna, di sana jiwa bisa mengalami kedamaian. Di hari Kuningan, ia
ditandai oleh janur yang digantung di depan rumah yang berbentuk mirip bulan
purnama. Ia melingkar sempurna. Titik awal adalah titik akhir. Di pilosofi
Timur, ia disebut mandala (kesempurnaan).
Seorang bule pernah bertanya tentang upacaranya tetua
Bali, dengan spontan Guru di dalam menjawab, upacara orang Bali adalah upacara
cinta. Buktinya, tidak saja alam atas seperti para dewa yang diberi
persembahan, alam bawah juga diberi suguhan. Ia sebentuk cinta yang tidak
bersyarat (unconditional love).
Kembali ke pertanyaan awal soal upacara yang
menyembuhkan, upacara tentu saja membawa kemungkinan kesembuhan jiwa. Cuman, ia
hanya menyembuhkan kalau manusia memaknakan upacara secara dalam. Di tingkat
yang terdalam, upacara adalah ekspresi cinta yang tidak bersyarat.
Penulis: Gede Prama
Terbit di http://gedeprama.blogdetik.com
Desember 2014